“Terjebak hati keruh karena kebanyakan ‘sampah’ dari luar? Yuk, intip resep jitu membersihkan ruang batin biar hidup lebih enteng dan bahagia!”
Apakah belakangan ini Anda merasa mudah sekali resah? Sedikit saja, pikiran langsung berkelana ke hal-hal negatif, kecemasan datang menghantui, atau tiba-tiba dada terasa sesak seolah baru saja menyelesaikan maraton? Padahal, Anda sedang tidak melakukan aktivitas berat. Jika iya, Anda tidak sendirian! Banyak dari kita, tanpa disadari, mengalami kekeruhan hati bukan karena masalah besar, melainkan akibat “asupan berlebihan” dari hal-hal yang sebenarnya tidak kita butuhkan.
Di era serba cepat dan terhubung ini, informasi datang tanpa henti. Kita bisa mengakses apa saja, kapan saja. Namun, kemudahan ini membawa tantangan tersendiri: kemampuan untuk memilih informasi yang masuk ke pikiran kita. Coba renungkan, berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk menggulir media sosial, yang seringkali hanya memicu rasa iri atau perbandingan hidup? Atau berapa banyak berita yang hanya menimbulkan kecemasan tanpa menawarkan solusi? Belum lagi obrolan yang tidak berujung pangkal dan hanya membuat pusing kepala.
Oleh karena itu, kesadaran untuk memilih apa yang masuk ke pikiran kita menjadi sangat penting. Ini bukan berarti kita harus menjadi anti-sosial dan memutuskan hubungan dengan dunia luar. Sama sekali bukan. Ini lebih tentang menjaga kebersihan ruang batin kita. Sama seperti rumah, jika kita membiarkan sampah menumpuk, pasti terasa pengap dan tidak nyaman, bukan? Begitu pula dengan hati dan pikiran kita.
Baca juga: Ketenangan Hati dan Jiwa, Barang Langka di Zaman Bising Ini?
Kenapa Kita Perlu ‘Filter’ untuk Input dari Luar?
Coba ingat kembali, kapan terakhir kali Anda merasa benar-benar tenang dan damai? Bukan sekadar tidak ada masalah besar, tetapi hati terasa lapang dan tidak terbebani. Sulit, bukan? Di era ini, kita terus-menerus dibombardir informasi. Sebuah artikel di Psychology Today menyebutkan bahwa fenomena *information overload* dapat menyebabkan tekanan mental, kesulitan fokus, bahkan memicu kecemasan.
Mulai dari bangun tidur, kita langsung meraih ponsel dan disuguhi informasi yang membuat kita berpikir, “Wah, kok dia sudah begini, sementara aku masih begini saja?”. Atau, saat membaca berita, isinya didominasi oleh korupsi, konflik, atau hal-hal yang membuat kita pesimis. Kemudian, saat berkumpul dengan teman, obrolan seringkali hanya berisi keluh kesah, gosip, atau kritik tanpa solusi. Tanpa kita sadari, semua ‘sampah informasi’ ini masuk, mengendap, dan perlahan-lahan membuat hati kita menjadi keruh.
Padahal, kita memiliki kendali penuh atas apa yang kita izinkan masuk ke dalam pikiran kita. Ini adalah hak kita! Tidak ada yang bisa memaksa kita untuk terus-menerus terpapar pada hal-hal yang membuat kita tidak nyaman. Ini adalah langkah awal menuju kesehatan mental yang lebih baik. Seperti yang dilansir dari Halodoc, menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik, karena keduanya saling berkaitan. Jika hati kita keruh, tubuh pun bisa ikut merasa lelah dan lesu.
Resep Anti Keruh Agar Ruang Batin Bersih
Baiklah, sekarang kita sudah memahami permasalahannya. Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Tentu tidak mungkin kita menjadi pertapa di gunung, bukan? Tenang, ada beberapa resep jitu yang bisa kita coba agar hati tetap bening. Ini bukanlah sesuatu yang rumit, hanya membutuhkan kesadaran dan sedikit kemauan.
Filter Akun Medsos dan Berita yang Cuma Bikin Gundah
Inilah biang kerok yang paling mudah membuat hati keruh. Siapa yang tidak pernah merasa iri atau *insecure* setelah melihat unggahan teman yang sedang berlibur, membeli barang mewah, atau memamerkan kesuksesan? Kita sering lupa bahwa yang mereka unggah hanyalah sisi terbaik dari kehidupan mereka.
- Unfollow akun yang memicu perbandingan hidup: Ini adalah sebuah keharusan! Jika ada akun yang setiap kali muncul di *feed* Anda langsung membuat Anda merasa “kok aku begini doang ya?”, lebih baik segera di-*unfollow* atau di-*mute* saja untuk sementara waktu. Jangan merasa tidak enak dengan teman, ini demi kesehatan mental Anda sendiri. Hubungan di dunia nyata jauh lebih penting daripada jumlah *followers* atau *likes*.
- Kurangi berita yang isinya cuma bikin cemas: Penting untuk mengetahui informasi, tetapi kita juga perlu membatasi diri. Pilih satu atau dua sumber berita terpercaya, tentukan waktu khusus untuk membaca berita (misalnya 15-30 menit di pagi hari), dan hindari terus-menerus memantau berita sensasional yang hanya membuat panik. Fokuslah pada berita yang informatif dan menawarkan solusi, bukan hanya masalah. Mengacu pada PsychCentral, melakukan detoks digital dapat sangat membantu mengurangi stres dan meningkatkan fokus.
Berani Jauh dari Obrolan yang Bikin Dada Sesak
Lingkungan pertemanan dan percakapan sehari-hari juga memiliki andil besar dalam suasana hati kita. Pernahkah Anda merasa lelah setelah mengobrol dengan seseorang, padahal topiknya hanya tentang keburukan orang lain atau keluhan tanpa henti? Padahal, Anda hanya mengobrol.
- Jauhi percakapan yang bikin dada sesak: Jika Anda memiliki teman atau kerabat yang topiknya selalu negatif, selalu mengeluh, atau suka mengkritik tanpa memberikan solusi, cobalah untuk membatasi interaksi dengan mereka. Bukan berarti Anda tidak peduli, tetapi Anda juga perlu melindungi diri dari energi negatif. Anda bisa mencoba mengalihkan topik pembicaraan, atau jika perlu, pamit undur diri.
- Belajar bilang ‘tidak’: Ini sangat penting. Seringkali, kita merasa tidak enak hati untuk menolak ajakan yang sebenarnya tidak kita inginkan, atau tidak nyaman dengan topik pembicaraan tertentu, tetapi kita hanya diam saja. Membiasakan diri untuk mengatakan “tidak” itu perlu, agar kita tidak kelelahan secara mental dan emosional. Ini adalah tentang menetapkan batasan diri.
Melatih Diri untuk Fokus pada Hal Positif (dan Kenapa Penting)
Selain dari luar, “kekeruhan” hati juga bisa berasal dari dalam diri sendiri. Pikiran-pikiran negatif yang terus berputar, kekhawatiran berlebihan, atau kecenderungan untuk selalu melihat sisi gelap dari segala hal.
- Praktik *mindfulness*: *Mindfulness* atau kesadaran penuh adalah tentang hadir sepenuhnya di momen saat ini, tanpa memberikan penilaian. Ini bisa dilakukan dengan meditasi sederhana, atau hanya dengan lebih sadar saat melakukan aktivitas sehari-hari. Dengan begitu, kita bisa lebih cepat menyadari saat pikiran mulai melayang ke hal-hal negatif dan menariknya kembali.
- Fokus pada apa yang bisa dikontrol: Banyak hal di dunia ini yang berada di luar kendali kita. Berita buruk, perilaku orang lain, atau situasi ekonomi. Daripada terus-menerus merasa cemas tentang hal-hal tersebut, lebih baik fokus pada apa yang bisa kita kontrol: reaksi kita, tindakan kita, dan lingkungan di sekitar kita.
- Bersyukur: Sesederhana mengingat hal-hal baik yang kita miliki, sekecil apapun itu. Ini bisa menjadi penyeimbang ampuh dari semua *input* negatif.
Manfaat Punya Hati yang Bersih dan Tenang, Hasilnya Bisa Bikin Senyum
Jika kita berhasil menerapkan resep-resep di atas, jangan terkejut jika tiba-tiba hidup terasa lebih ringan dan cerah. Manfaatnya sangat banyak!
- Lebih tenang dan damai: Ini adalah manfaat utama. Hati yang tidak keruh membuat kita lebih rileks, tidur lebih nyenyak, dan tidak mudah panik.
- Fokus lebih baik: Dengan sedikit gangguan mental, kita menjadi lebih mampu fokus pada pekerjaan, hobi, atau hal-hal yang benar-benar penting bagi kita.
- Energi positif: Jika hati kita bersih, energi yang terpancar juga positif. Ini bisa menular ke orang-orang di sekitar kita, sehingga hubungan menjadi lebih baik.
- Kualitas hidup meningkat: Menjaga kesehatan mental adalah kunci untuk hidup berkualitas. Saat batin kita tenang, kita bisa menikmati hidup lebih utuh, tanpa terus-menerus dikuasai oleh rasa cemas atau kesal.
Membersihkan Hati Itu Kayak Olahraga, Butuh Konsisten!
Mungkin terdengar mudah, tetapi praktiknya membutuhkan konsistensi. Membersihkan hati itu seperti berolahraga. Kita tidak bisa hanya melakukan *push-up* sekali lalu langsung memiliki otot yang kekar, bukan? Kita membutuhkan latihan rutin, dan terkadang ada godaan untuk kembali ke kebiasaan lama.
Namun, percayalah, usaha ini sepadan dengan hasilnya. Hidup ini terlalu singkat jika hanya diisi dengan hati yang keruh dan pikiran yang cemas. Mari kita mulai dari sekarang, berani mengatakan ‘tidak’ pada hal-hal yang membuat hati gundah, dan lebih selektif lagi dalam menerima *input*. Ini bukan berarti kita menjadi anti-sosial, tetapi ini adalah tentang menjaga ruang batin tetap bersih demi kebahagiaan kita sendiri. Siap untuk mencoba?