Europe-DNA – Proses pengeringan cat kuku gel yang menggunakan lampu LED ternyata memancarkan sinar ultraviolet A (UVA), yang bila terpapar terus-menerus dapat meningkatkan risiko kerusakan kulit.
Paparan sinar ini disebut dapat memicu penuaan dini hingga kanker kulit, terutama bila nail art dilakukan secara rutin tanpa perlindungan memadai.
Dokter spesialis kulit dan kelamin, dr. Arieffah, Sp.KK, mengingatkan bahwa risiko ini kerap tidak disadari oleh masyarakat yang menganggap prosedur nail art hanya berdampak pada estetika kuku.
Baca juga: Kuku Cantengan: Penyebab dan Pengobatan
Lampu LED nail art pancarkan sinar UVA
Menurut Arieffah, lampu LED atau UV yang digunakan untuk mengeringkan cat kuku gel mengandung sinar UVA yang bisa berdampak buruk bagi kulit.
Sinar ini dapat menembus lapisan kulit lebih dalam dibanding UVB, sehingga berisiko memicu perubahan sel kulit dalam jangka panjang.
“Sinar UVA dikaitkan dengan peningkatan risiko penuaan dini dan kanker kulit. Besarnya risiko sangat tergantung pada frekuensi dan durasi paparan,” kata Arieffah saat dihubungi Kompas.com, Rabu (25/6/2025).
Efeknya memang tidak langsung terlihat, namun bila paparan terjadi berulang kali, kulit tangan yang terkena sinar secara langsung dapat mengalami penipisan, keriput, dan perubahan warna.
Baca juga: Sering Nail Art Bisa Bikin Kuku Rapuh dan Berubah Warna, Ini Penjelasan Dokter
Pentingnya proteksi sebelum lakukan nail art
Guna mengurangi risiko paparan UVA saat melakukan nail art, Arieffah menyarankan langkah perlindungan kulit sebelum menjalani prosedur.
“Langkah-langkah sederhana ini bisa membantu mengurangi paparan langsung pada kulit,” jelasnya.
Ia merekomendasikan penggunaan sunscreen dengan SPF minimal 30, yang dioleskan sekitar 30 menit sebelum sesi pengeringan kuku.
Selain itu, memakai sarung tangan pelindung yang bagian ujung jarinya terbuka juga bisa menjadi opsi perlindungan praktis.
Baca juga: Bahaya Cat Kuku Gel: Bisa Buat Kuku Rapuh dan Alergi, Ini Penjelasan Dokter
Risiko tambahan dari gel polish
Tak hanya sinar UVA, produk nail art seperti cat kuku gel juga mengandung bahan kimia yang berisiko menyebabkan iritasi kulit dan alergi.
Salah satu kandungan yang perlu diwaspadai adalah acrylates, yang kerap menimbulkan reaksi kulit sensitif.
“Oklusi jangka panjang dari cat gel juga bisa membuat kuku menjadi rapuh, kering, bahkan terlepas dari dasarnya,” ujar Arieffah.
Penggunaan peralatan manicure yang tidak steril dan teknik pendorongan kutikula yang terlalu keras juga bisa membuka jalan bagi infeksi.
Jamur maupun bakteri dapat masuk melalui celah kecil di kulit sekitar kuku, menyebabkan perubahan warna kuku dan peradangan.
Baca juga: Terlalu Sering Nail Art Bisa Rusak Kuku, Picu Alergi hingga Infeksi Jamur
Batasi frekuensi dan beri waktu istirahat pada kuku
Untuk menghindari kerusakan yang lebih parah, Arieffah menyarankan agar masyarakat tidak melakukan nail art secara terus-menerus.
“Setelah pemakaian terus-menerus selama 3-4 minggu, beri waktu istirahat minimal 3-7 hari agar kuku bisa pulih,” katanya.
Idealnya, cat kuku gel hanya diaplikasikan setiap 2 hingga 3 minggu sekali, dengan jeda istirahat selama 1-2 minggu setelah dua atau tiga kali pemakaian berturut-turut.
Tren mempercantik kuku tidak dilarang, namun Arieffah mengingatkan bahwa menjaga kesehatan kulit dan kuku tetap menjadi prioritas.
Memberikan waktu pemulihan serta melindungi kulit dari paparan sinar UVA adalah langkah penting untuk menghindari risiko jangka panjang seperti kanker kulit dan kerusakan kuku permanen.